Kisah Ramadhan Rara : Semanis Buah Kurma


Created by Hulya Ashfie

Kaki-kaki kecil beralaskan sandal jepit lusuh masih semangat menapaki jalan yang berbatu, sekuat tenaga tangannya membawa box berisi 60 biji gorengan. Tampak dari wajah mungilnya ia tersenyum riang menyapa terik matahari yang amat panas tapi itu tak membuatnya patah semangat untuk segera sampai tempat tujuan. Gadis mungil dengan stelan busana muslim berwarna ungu yang sudah pudar ini masih berumur 7 tahun namanya Rara. Siang menjelang sore seperti ini tatkala teman-teman sebayanya asik menunggu adzan magrib dengan bermain di teras rumah, ia memilih membantu sang nenek tercinta untuk berjualan takjil di depan sebuah ruko toko beras dekat taman kota. Biasanya menjelang magrib tempat itu akan ramai oleh orang yang berlalu lalang mencari makanan untuk berbuka.

Sudah 20 menit ia berjalan seketika ia singgah disebuah musholla. Tempat ia biasa mengaji, ya di dekat rumah mungilnya memang jarang musholla, maka jika Rara ingin mengaji ia harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Di musholla itu ia belajar mengaji dengan ustadz Latif tanpa dipungut biaya. Hari ini tidak ada jadwal mengaji karena ustadz Latif sedang pergi mengajar di tempat lain. Biasanya Rara mengaji dan setoran hafalan sehabis Ashar. Sekedar melepas lelah Rara bersandar di dinding musholla berwarna putih itu. Ia beristirahat sejenak sambil menunggu adzan ashar sebelum meneruskan perjalanannya.
*
Di hari kedua Ramadhan ini gorengan yang Rara jual laku keras. Pasalnya ia berjualan dengan penuh semangat menawarkan gorengan yang ia jajakan di depan toko beras kepada setiap orang yang lewat dengan suara lantang meski sedikit serak.
"Ayo Ibu-bapak dibeli gorengannya enak dehh buatan nenek Rara, kalo nanti nggak enak Rara gak jualan lagii dehh disini, ayoo ayoo"
beberapa pedagang disebelahnya tertawa mendengar celotehan Rara.
"Ini berapa dek?" Salah seorang wanita paruh baya dengan rambut yg dikonde menghampiri Rara.
"Satunya seribu bu,tapi klo ibu belinya 10rb" dengan menunjuk tangan 10 "Rara bonusin satu biji"
Ibu itu tersenyum.
"Yaudah kalo gitu ibu beli 10rb yaa biar dapet bonus."
"Alhamdulillah, ibu mau beli yang mana aja? Ada risol, bakwan tahu bla bla " Rara menyebutkan semua gorengan yang ia bawa.
Ibu itu pun memilih gorengan yang diinginkan, sedang Rara memasukkan gorengan yang telah dipilih ke dalam kantung plastik. Setelah ibu itu membayar Rara seraya berceloteh. "Terima kasih bu sudah membeli dagangan Rara semoga berkah dan mendapat rizqi yang berlimpah." Ibu itu tersenyum dan mengamini.
Hari semakin sore dan dagangan Rara sudah tinggal 5 biji. "Alhamdulillah sisa hari ini lebih sedikit dari kemaren" Gumam Rara melihat gorengan jualannya. Iapun segera merapikan dagangannya. Dan beranjak pergi.
Saat ia melewati pedagang kurma langkahnya terhenti. Sudah dua kali bulan Ramadhan ia tak pernah lagi mencicipi buah khas bulan puasa itu semenjak ayahnya harus pergi meninggalkan ia, nenek dan kakak angkatnya dua tahun lalu. Dulu ayahnya selalu menyempatkan untuk membelikan buah kurma. Namun sekarang keadaan sudah berbeda. Sejak kemarin Rara ingin sekali bisa membelinya. Tapi ia ingat ini uang milik neneknya, uang untuk memenuhi kebutuhan yang lain yang lebih penting. Apalagi cicilan kontrakkan belum lunas. Akhirnya si mungil Rara hanya mendesah meninggalkan pedagang kurma yang tampak ramai pembeli.
Dan seperti hari kemarin ia mampir ke tempat salah seorang nenek peminta-minta dipinggir jalan, ia berikan 2 biji gorengan miliknya. Lalu meneruskan perjalanannya karna jam sudah menunjukkan pukul setengah 6. Kembali ia melewati musholla al-ikhlas. Disitu ia bertemu dengan ustadz Latif yang baru pulang mengendarai motor. 
Rara, dari mana?"
"Rara abis jualan gorengan ustadz, Alhamdulillah laku. Oya ustadz mau? ini penghabisan lhoo, tinggal 3 biji, hehehe."
"Wah boleh deh ustadz borong."
Rara segera memasukkan tiga gorengan kedalam kantong plastik lalu memberikan pada Ustadz, namun ustadz Latif tampak kebingungan saat merogoh kantong celana, sepertinya ia tak mendapatkan apapun dari kantongnya.
"Nggak usah bayar ko ustadz, ni buat ustadz aja."
"Eh jangan gitu, ustadz kan niatnya beli." Tutur Sang ustadz yang kemudian melihat kantong yang tergantung di motornya.
"Nah ustadz bayar pakai ini saja yaa." Sang ustadz memberikan kantung itu kepada Rara.
Saatt melihat isi kantong itu Rara sangat kaget karena ternyata isinya sekotak kurma.
"Ustadz!!! Ini bener buat Rara?" Sang ustadz hanya mengagguk.
"Yeyeyeye... Makasih Ustadz." Ustadz Latif hanya tertawa melihat kegembiraan Rara.
"Ustadz, Rara pamit yaa, nanti nenek nyariin Rara lagii hehehem."
"Iya Hati-hati ya Ra."
Sesampainya di rumah Rara menceritakan perihal pemberian ustadz Latif padanya dengan sangat bahagia. Ah... Rara memberikan pelajaran yang amat berharga bagiku gadis sekecil itu mampu berusaha dengan upayanya sendiri demi membahagiakan nenek tercintanya dan mengajarkan tentang manisnya berbagi. terbayar letihnya, kesabarannya, dan ikhlasnya dengan sekotak kurma. Perjuangannya berbuah manis, manisnya semanis kurma yang ia dapatkan

Komentar

Posting Komentar