Budaya Unik Kota Santri, Kudus




Akhir september 2 tahun lalu di sela-sela kesibukanku sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang menyelesaikan tugas akhir yakni skripsi, kompre dan toafl untuk kelulusan yang amat sangat sudah diimpikan, aku mendapatkan satu misi untuk pergi ke kudus. Awalnya ragu, bukan karena takut tidak boleh pergi tapi lantaran lagi bokek. Aku memang suka banget yang namanya jalan-jalan, jalan sendiri aja dijabanin apalagi diajak jalan ke provinsi sebelah meski tujuan utama bukan buat jalan-jalan. Paling nanti pulang-pulang langsung ditegor pembimbing skripsi. Hahaha. 

Berhubung Aku punya teman-teman yang super baik akhirnya mereka talangin dulu deh tuh uang buat beli tiket kereta PP jakarta-Semarang Poncol. Yaps Aku nggak pergi sendiri tapi bareng sama 2 sahabatku yang udah lengket selama hampir 4 tahun lebih bareng sama kaka kelas kami yang juga ingin ikut. Alhamdulillah pas mau berangkat dapet izin dari ortu dan dikasih uang jajan hihi. Akhirnya di ACC. 

Ini pertama kalinya Aku naik kereta Api dan rasanya wow pegel juga yaa, bayangin aja perjalanan hampir 7 jam di dalem kereta ekonomi dari jam 11 malam sampai semarang jam 6 pagi, rasanya remuk nih badan bobonya sambil duduk sih ya hihi, apalagi Aku duduk disamping bapak-bapak dan di depannya mas-mas jadi agak risi juga, huft. Nah perjalanan kami selanjutnya yakni naik semacam  metro mini uniknya metro mini ini ada lagu pengiringnya yakni lagu sholawatan dengan perpaduan musik dangdut. Metro mini ini mengantarkan kami ke terminal Semarang. semenjak tadi naik kereta sampai perjalanan ini kami ditemani oleh seorang ibu yang cerita banyak hal tentang keluarga dan anak-anaknya bahkan ia menganggap kami seperti anaknya sendiri, lantaran saat kami tiba di terminal  Semarang, seharusnya ia naik bis jurusan demak akhirnya ia naik bis jurusan kudus yang juga melewati demak karena tak ingin berpisah dengan kami, Ibu itu ikut mengobati salah satu temanku yang tangannya terjepit pintu bis. Tips banget buat para traveler untuk menjaga hubungan baik dengan warga setempat. 
 
Dan kami pun benar-benar berpisah dengan ibu tersebut tatkala bis melewati masjid agung demak. Nggak tau kenapa terfikir dalam otak ini untuk mengunjungi masjid agung demak, semoga saja perjalanan trip kali ini. 

Sesampai di terminal kudus tampak angkutan berwarna ungu menghiasi isi terminal, tanpa mencari-cari lagi kami langsung menaiki angkutan tersebut, dan inilah tujuan kami desa kaliwungu. Selama di angkot berwarna ungu itu silih berganti penumpang hadir dan kebanyakan para penumpang laki-laki menggunakan sarung. Pantas saja kota kudus ini dijuluki kota santri, selain banyak santri dan pondok pesantren, budaya di kota inipun islami banget. Ketika sampai di desa kaliwungu tampak sawah terbentang luas, kebun-kebun jagung, terong menghiasi setiap pinggir jalan, Tapi kami jauh-jauh ke tempat ini bukan untuk penelitian atau melakukan riset ala-ala mahasiswa tapi tujuan kami sebenarnya adalah menghadiri acara pernikahan sahabat kami, Yaya, yang akan diselenggarakan besok. Tepat saat kami tiba di kediaman Yaya, kami segera berhambur memeluknya erat. Pertemuan yang mengharukan bukan? 

Kedatangan kami disambut dengan semangkuk soto kudus, huaaa Tau aja nih mamahnya Yaya kalo Aku udah kebangetan lapar. Hehe. Ini baru pertama kalinya makan soto kudus dan baru tau rasanya manis-manis pedas dan ternyata ada nasinya di dalamnya. Buat temen-temen yang mau trip atau berkunjung ke kudus wajib coba soto asli kudus ya, karena rasanya beda banget. Aku aja ampe nambah 2 kali haha. Laper apa doyan yak. 

Kami menghabiskan waktu berkeliling desa kaliwungu, menikmati segelas es kelapa dan gorengan di pinggir jalan, mengunjungi masjid, dan memandangi keindahan kebun. Ternyata bukan hanya angkotnya yang berwarna ungu tapi juga cat sekolahanya, kantor desanya dan plastik pembungkus makanannya juga warna ungu. Hihi.

Dan hari itu tiba, Yaya telah resmi menjadi istri Ka shoffa, rasanya bahagia bercampur sedih tatkala mendengan ijab kabul berbahasa arab yang dilafadzkan Ka shoffa. Bahagia melihat sahabat sendiri telah menemukan muara hatinya dan sedih karena rasanya akan jauh dari Yaya.

Resepsi di kota kudus ini sangat unik, biasanya para tamu undangan mengambil sendiri sajian makanannya di prasmanan, tapi disini para tamu tak harus capek-capek mengantri karena setiap tamu yang datang cukup duduk manis, lalu nanti akan ada pelayan yang memberikan sepiring atau semangkuk soto kudus beserta minumannya.  Uniknya lagi sang pengantin pria menggunakan sarung saat tiba di rumah mempelai wanita. Suasana makin sejuk mendapati warga kota santri ini yang ramah dan sopan-sopan, budaya keislaman yang amat kental, jadi rindu pesantren.

Komentar