Seribu Kisah di 3 Pulau Seribu

“A journey of a thousand miles begin with a single step” –Lao Tzu
Ini bukanlah perjalanan destinasi pertamaku, namun ini adalah perjalanan baru yang akan menyuguhkan pengalaman baru di tempat yang baru. Rasanya seperti diburu waktu tatkala aku bersama ketiga sahabatku harus mencari alamat baru yang ternyata driver mobil online yang kami pesanpun belum tahu, padahal kami sudah sangat ditunggu-tunggu oleh orang-orang di ujung dermaga sana. Mungkin. Pasalnya berkali-kali tour leader yang akan menjadi pemandu kami selama trip hari ini, menelpon kami agar segera sampai.

Akhirnya, kami sampai di sebuah pelabuhan yang dinamakan pelabuhan Muara kamal, meski setibanya disana kami harus berjalan cepat diantara genangan air dan bahkan diselingi dengan tragedy salah satu sahabat kami kehilangan handphone sehingga kami harus memutar balik langkah untuk mencarinya dan alhasil ternyata tidak tertinggal tetapi sang handphone duduk manis di tas mungil miliknya.

Baiklah saat aku dan ketiga sahabatku. Yang dinamakan grup vocal AIUE, karena huruf awal nama kami diawali dengan huruf vocal tersebut yakni, A untuk Ashfi (Aku), I untuk Inay, U untuk Uty dan E untuk Ella, hanya O yang belum ada, mungkin kamu yang akan melengkapinya? Hehe.

Tiba di kapal Aku sedikit kaget karena ternyata semua wisatawan sudah duduk manis, hanya kami berempat yang baru sampai. Bukan kapal sih sebenarnya tapi ini adalah perahu nelayan. Mereka menampakkan wajah bete. Bahkan salah satu turis asal china menggerutu dengan bahasa inggris karena kengaretan kami, bukan hanya turis tapi beberapa wisatawan. Oke, baik sepertinya kami memang telat pake banget.

Di tengah perahu meninggalkan pelabuhan, menelusuri laut dari yang berwarna hitam legam karena telah tercemar sampai akhirnya dapat melihat lautan nan biru, aku mencoba membaca kembali rundownnya. Rasanya ada yang janggal. Ternyata Oh ternyata kami memang salah, kami memangt telat pake banget. Ternyata perahu berlayar bukan pukul 9 melainkan pukul 8. Sedangkan pukul 9 seharusnya kami sudah sampai ke tempat tujuan yakni salah satu pulau dari tiga pulau yang menjadi destinasi perjalanan kami saat ini. Buat sahabat-sahabat semua jika ingin traveling jangan sampai ngaret ya. Catet!
Lautan nan biru memberikan kesejukan tersendiri dalam lubuk hati ini, setidaknya rehat sejenak dari aktivitas di balik meja kerja. Sampai saat pelayaran perahu selama hampir 1 jam ini aku belum tahu pulau mana yang akan kami singgahi dan jelajahi terlebih dahulu. Ini membuatku sedikit penasaran. Beberapa pulau dari kepulauan seribu yang kami lewati tampak indah dan menawan.

Perahu berhenti di sebuah dermaga, ternyata pulau pertama yang kami singgahi adalah pulau Kelor. Namanya unik sekali ya. Pulau yang diibaratkan selebar daun kelor ini dulunya lebih luas dari sekarang. Sayangnya, keelokannya mulai dinodai oleh pengambilan pasir secara besar-besaran untuk pembangunan bandara Soekarno-Hatta, bahkan untuk Negara tetangga, Singapura. Diperkirakan, semakin lama pulau ini akan semakin menyusut akibat abrasi dan kenaikan permukaan laut.


Melihat pantai yang membentang di sebelah kanan dermaga aku segera menyeret kedua kakiku ini ke air nan biru dan jernih yang pasang surut menghiasi pasir-pasir putih, keduanya seakan mengajakku untuk bermain. Serpihan-serpihan pasir putih yang menyelinap diantara jari jemari kaki ini seketika musnah saat aku mendekati si birunya air laut. Untuk para pecinta pantai (kayak aku) kamu nggak bakal nyesel datang kesini, kamu bisa berenang sepuasnya (tapi jangan terlalu jauh yaa), kamu juga bisa bermain pasir atau bahkan berjemur di pinggir pantai, meski pantainya tak begitu besar bahkan panjang tapi kamu bakal puas. Selain itu, untuk yang hobi memancing kamu nggak akan kecewa, karena kamu bisa memancing ria disini, tampak kulihat beberapa wisatawan asik menyalurkan hobi memancingnya. Aku dan beberapa wisatawan disini tidak melewatkan begitu saja tiap moment di pulau kelor ini, kami mengabadikan sebanyak-banyaknya. Mulai berfoto di pantai dengan berbagai gaya, berbagai background laut, pantai, pulau, perahu-perahu yang berlayar maupun background bangunan tua bersejarah yang ada disebelah kiri dermaga.



Bangunan tersebut adalah bangunan peninggalan belanda yang masih berdiri, namanya benteng Martello. Benteng yang berbentuk lingkaran dengan ketinggian 9 meter ini didirikan Belanda sebagai bagian dari pertahanan laut kota Batavia. Dulunya pulau ini adalah garda terdepan untuk mempertahankan Batavia dari serangan angkatan laut musuh yang menyerang dari laut. Sekarang menjadi aset sejarah yang dijaga kelestariannya. Gimana, pengetahuan sejarahmu jadi bertambah kan? Meski pulau ini kecil tapi amat bersih. Kamu harus jaga kebersihan dimanapun dan kapanpun yaa. Termasuk di pulau ini.

Ketika duduk di pinggir air laut tak jauh dari benteng Martello, kami berniat berfoto di tengah air yang tingginya hanya semata kaki itu secara bergantian, saat giliran Ella, ia bersiap untuk turun ke dalam air, tiba-tiba ia terpleset sontak membuat beberapa wisatawan menoleh, salah satunya mencoba menolong dan beberapa menampakkan rasa simpati mereka serta berkata untuk hati-hati. Sedang aku sedikit ketar-ketir takut ikut terpleset juga. Hehe. Bajunya basah kuyup tapi ia tetap menampakkan wajah yang sumringah, setelah kejadian itu aku memutuskan untuk tidak berfoto di tempat itu. Pijakan semen yang menjorok ke air itu memang sedikit licin bahkan berlumut maka memang harus berhati-hati agar tidak terpeleset seperti yang Ella alami tadi.  Begitu juga kamu ya harus hati-hati.


Karena tidak ingin telat lagi, sebelum jam 11 teng kami sudah hadir di dermaga kecil pulau kelor. Menunggu perahu yang kami tumpangi menjemput kami untuk beranjak ke destinasi selanjutnya. Pulau apakah selanjutnya? We wait and see ya guys
***

“Travel Can really Open up your mind to how others live around the world” -Davillasana

Perahu berlabuh di sebuah pulau yang lebih besar dari pulau kelor, yakni pulau Onrust. Kedatangan kami disambut hangat oleh beberapa hidangan yang tersaji di sebuah saung. Tempatnya memang pas sekali untuk kami rehat sejenak mengisi perut yang sudah meronta-ronta ingin diisi. Selain itu, tempatnya memang sangat adem dan nyaman karena banyak pepohonan, saung-saung kecil dan warung-warung. Begitu sempurna rasanya menikmati hidangan makan siang berupa ikan bakar, capcai, kerang rebus dan sambal diiringi dengan deruan ombak, pemandangan laut biru, semilir angin diantara pepohonan.
Perut sudah terpenuhi, kami grup vocal AIUE segera meluncur ke sebuah musholla untuk melaksanakan Sholat Dzuhur seklaigus aku dan Ella ganti baju karena setelah bermain air di pulau sebelumnya, pulau kelor, baju kami basah. Berhubung pulau ini di tengah laut, air di kamar mandi dan tempat wudhu otomatis asin sekali, aku baru menyadari itu tatkala cuci muka seketika mata ini perih sekali, dibasuh dengan air yang memang asin yaaa makin perih. Taraaa mata jadi merah berlinang air mata menahan perih. Kamu jangan sampai mengalaminya ya .

Usai memanjatkan rasa syukur atas perjalanan yang amat berkesan ini, kami diajak untuk berkeliling pulau, mengenal lebih jauh sejarah pulau yang dulu dijadikan sebagai tempat karantina haji. Dimana sebelum jamaah Indonesia pergi ke baitullah dan sebelum pulang ke kampung halaman setelah berhaji para jamaah di karantina di pulau ini. Dulu ketika orang Indonesia ingin pergi haji bukan menggunakan pesawat melainkan kapal laut dengan perjalanan berbulan-bulan. Waaaaahh amat berbeda ya dengan sekarang hanya menempuh waktu 10 jam jika menggunakan pesawat. Kamipun dikenalkan dengan beberapa bangunan-bangunan yang telah hancur. Bangunan itu hancur lebur karena pernah terjadi tsunami di pulau ini tepatnya  tahun 1883 saat gunung Krakatau meletus. Ada satu bangun namanya “Rumah Dokter” yang kini dijadikan sebagai museum sejarah di pulau Onrust ini. Di dalamnya terdapat maket miniatur bangunan karantina haji sebelum terjadi tsunami, di museum tersebut terdapat pula kepingan-kepingan peninggalan seperti piring, keramik dan foto-foto.


rumah dokter

Pulau inipun pernah dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang terlibat dalam pristiwa tujuh kapal. Kisah tawanan tersebut ada di bangunan bekas penjara pada masa itu, di dalam bangunan penjara tersebut ada beberapa patung replikan yang terbuat dari lilin yang mengisahkan kisah yang amat tragis dan kejam, satu ruangan kecil di huni 100 orang tawanan, selain itu para ABK penjara itu dijadikan ajang hiburan dengan mengadu ABK satu dengan ABK yang lain dalam satu lingkaran seperti pertandingan Sumo ala Jepang. Beranjak dari penjara, kami diajak ke makam belanda, ada salah satu makam dengan nama Maria Van de Velde, Tour Guide menceritakan kisah kematian Maria yang tragis, Ia meninggal dengan masih memakai gaun pernikahan. Dikisahkan ia meninggal karena penyakit. Pulau Onrust inipun pernah dijadikan sebagai markas VOC.
Setelah mendengar kisah demi kisah dari pulau ini, rasanya semakin bertambah ilmu sejarah dan kehidupan orang Indonesia di masa lalu. Setidaknya dengan mengenal sejarah aku semakin mengenal negeriku sendiri ‘Indonesia’ dan menjadikan pembelajaran dimasa sekarang untuk terus bersyukur, mengambil hikmahnya dan melestarikan aset sejarahnya.
 

replika di penjara

Berhubung berjalan kaki mengelilingi pulau yang lumayan luas ini sedikit membuat kami haus, akhirnya kami membeli minum di warung kecil tak jauh dari dermaga pulau Onrust. Demi mengabadikan momen bersejarah di pulau ini kamipun berfoto di depan tugu bertuliskan Onrust, tugu bak kincir anginnya belanda serta berfoto di depan sebuah Batu dengan tulisan yang aku nggak tahu apa isi tulisannya. Hehe.
Kami segera menaiki perahu tatkala Ka Asep tour leader kami mengajak kami untuk beranjak ke pulau terakhir. Akhirnya kami mendapatkan posisi duduk yang strategis dari yang sebelumnya. Baru saja duduk tiba-tiba botol minuman yang baru saja aku beli jatuh ke kolong perahu. Huft apesnya.
***

“Don’t tell me how educated you’re, tell me how much you traveled” - Muhammad SAW

Pulau terakhir yakni pulau Cipir atau bisa disebut pulau Kahyangan, pulau ini tak jauh berbeda dengan pulau Onrust yang dulu dijadikan sebagai tempat karantina haji. Bedanya disini terdapat bangunan bekas rumah sakit bagi jamaah haji yang sudah tidak utuh lagi, dulu seluruh calon jamaah haji dari seluruh Indonesia dikumpulkan terlebih dahulu di rumah sakit pulau ini untuk menjalankan pemeriksaan kesehatan. Bangunan-bangunan disini yang kesemua sudah tak beratap, kotor, tak utuh dan berlumut bahkan ditumbuhi pohon-pohon, kini menjadi jagar budaya di pulau ini. Selain itu, terdapat pula bangunan bekas benteng berukuran lingkaran dan besar. Bangunannya tidak seperti benteng Martello atau benteng di pulau lain karena hanya sebagai benteng pertahanan biasa. Kami mengabadikan perjalanan kami di pulau Cipir ini dengan berfoto di bangunan-bangunan tua tersebut. Termasuk berfoto di sebuah meriam peninggalan pulau ini yang konon ditemukan dari dalam pasir pantainya.



Pulau inipun tak berbeda dengan pulau Kelor, disini wisatawan dapat berenang tapi pantainya tak seluas pulau Kelor. Wisatawanpun dapat memancing ria. Disini terdapat bangunan biru seperti marcusuar, tapi besinya sedikit sudah kropos jadi hati-hati ya jika menaikinya. Dari atas bangunan ini kita bisa melihat pulau seberang yakni pulau Onrust dan beberapa pulau yang terlihat. Di tengah kami berfoto Uty menceritakan tentang mercusuar yang ada di Banten, tempat yang patut kami jelajahi, katanya keren banget. Oke Noted. Mungkin suatu saat akan menjadi destinasi perjalanan tripku.

Beberapa wisatawan pun ada yang bersantai ria di pinggir pulau, ada pula yang mendirikan hamoks diantara dua pohon atau berfoto ria seperti kami. Ketika masih asik berfoto, tiba-tiba Ella sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya, ada kekhawatiran dibalik raut wajahnya. Ketika kami bertanya ia meminta kami memeriksa tas kami. Ini tentang handphonenya lagi. Hilang. Tidak ada. Satu persatu tas diperiksa. Tapi nihil. Terakhir dia memegang handphone ketika sholat di pulau Onrust. Jangan-jangan keting…
“Mungkin ada di goodybag hijau yang tadi kamu titipin, La?” Ungkap Inay.
Sebelum tadi beranjak dari perahu Ella memang menitipkan goodybagnya yang berisi pakaian kotor pada nahkoda perahu yang kami tumpangi selama perjalanan 1 day 3 island ini.
“Nggak mungkin, itu kan isinya baju kotor, masa gue taro disitu.”
“Coba aja kita periksa dulu, gimana?”
Kamipun segera beranjak ke dermaga pulau Cipir. Namun perahu yang kami tumpangi tidak ada. Ella semakin panik. Ia mondar madir di sekitar dermaga. Sepengetahuanku tadi nahkodanya berkata ingin mengantarkan ibu-ibu ke dermaga pelabuhan muara kamal. Akhirnya kami menunggu. Jam menunjukkan pukul 3 sore lewat, dalam rundown seharusnya saat ini kami sudah beranjak dari pulau ini, akan tetapi perahu belum terlihat batang hidungnya, semakin membuat kekhwatiran bagi Ella sahabat kami. Uty dan Inay tampak merasa lapar, keduanya izin pergi ke warung untuk membeli makanan. Padahal kami bawa makanan dan masih tersisa. Hehe.

Tak berapa lama perahu akhirnya datang juga, dengan kilat Ella yang lebih dulu menaiki perahu, sedang aku masih menunggu kedua sahabatku, ketika mereka sudah tiba kami segera menaiki perahu, sebelum naik perahu aku kembali ke tempat kami duduk di dermaga tadi. Rasanya seperti ada yang tertinggal, oh ya kacamata, tapi nihil. Tidak ada kacamatanya. Oke baiklah kalau hilang biar kuganti saja dari pada yang lain harus menunggu lama. Aku melewati dua perahu untuk dapat menaiki perahu yang kami tumpangi, sedikit deg-degan karena jika tidak hati-hati bisa tercebur. Ketika sampai di perahu, aku melihat raut wajah Inay yang tampak kaget ternyata pop mie yang ia beli tumpah ke badan perahu sontak para penumpang menyingkir, alhasil tak ada yang ingin duduk di tempat yang bercecer mie itu, aku membantunya membersihkan mie-mie yang berserakan, meski begitu tak ada satupun yang mau duduk di bangku depan kami itu. Hahaha. Tak apa yang penting nggak ada yang risi lagi liat tumpahan mie. Sayang banget ya Nay padahal baru saja beli.

Kami menghampiri Ella menanyakan apa Handphonenya ada, namun ia menunjukkan wajah yang sedih, kayaknya nggak ada. Waduh gimana dong? Baru mau bilang “yang sabar ya, La, semoga mendapatkan ganti yang lebih baik” Eh tetiba wajahnya sumringah dan menunjukkan handphonenya. Kwkwkw kocak yah nih orang bikin deg-degan aja. Akupun mengatakan pada Ella bahwa kacamata yang aku pinjam hilang, dan taraaa… dia menunjukkan kacamatanya. Ternayata ada pada Ella. Huft kesekian kalinya dia bikin aku panik.

Perahupun berlayar menuju pelabuhan. Tidak sadar ternyata ada yang tertidur selama perjalanan menuju pelabuhan. Iseng Inay mendokumentasi aksi terlelapnya salah satu sahabat kami ini yang tertidur bak senam pagi. Hehe.

 Tidak terasa kami menghabiskan seharian ini dengan berkeliling pulau di kepulauan seribu meski hanya menjelajahi 3 pulau tapi perjalanan kali ini sangat mengesankan dan bikin kita pingin baliiik lagii. Banyak sekali pengalaman baru, pembelajaran baru, sejarah baru dan teman baru yang aku pribadi dapatkan. Semakin cinta Indonesia yang kaya akan wisatanya, sejarahnya, budanyanya, keanekaragamannya, pengalamannya dan banyak lagi. Begitupula semakin bertambah kecintaan kepada Allah, semakin bertambah rasa syukur, semakin haus ilmu, haus menjelajah dan mentadaburi alam. 
Next Trip kemana ya?


Komentar