Menjejaki 3 Wisata Religi di Jawa Tengah



Gimana rasanya bisa berwisata religi di 3 tempat dalam 2 kota sekaligus? Nah dalam trip kali ini aku mau menjejaki 3 tempat ziarah, sayang banget kan kalau sudah jauh-jauh ke jawa tengah, apalagi ke kota kudus tidak menjejaki menara kudus. Tanpa berlama-lama, setelah acara resepsi dan sudah isi bahan bakar di tubuh ini langsung kami berangkat menaiki angkot ungu. Angkot ungu ini yang akan mengantarkan kami ke menara kudus, tujuan utama. Pokonya kalau mau ke menara kudus dari terminal kudus bisa menggunakan angkot ini. Inget ya yang warna ungu. Sesampainya di jalan perapatan kami turun, untuk sampai di menara kudus harus jalan kaki sekitar 100 meter atau temen-temen bisa menaiki becak. Seru banget lah keliling menara kudus dengan becak, pengalaman ini aku dapatkan saat 4 tahun lalu menyambangi kota kudus di acara tour 9 wali songo. Namun kali ini kami hanya berjalan kaki lantaran irit juga sih hehe. 
 
1.      Menara Kudus 

Suananya amat syahdu saat kami tiba di masjid menara kudus, ya disini banyak pengunjung yang ingin berziarah ke sunan kudus yang sangat dekat dari masjid ini. Karena waktu sudah menunjukkan waktu sholat dzuhur kami sholat dulu, masjid ini sangat rapih dan bersih, kamar mandi mapun tempat wudhunya pun bersih, semakin membuat para jamaah sholat dzuhur semakin khusyuk. Usai sholat kami berziarah ke makam sunan kudus, nama aslinya Ja’far Shodiq. Beliau merupakan cucu dari sunan Ampel  dan juga keponakan dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Dulu beliau menimba ilmu kepada dua pamannya dan juga menimba ilmu di timur tengah tepatnya di Al-Quds, Yerussalem, Palestina. Karena keluasan ilmu yang beliau miliki maka beliau diberi gelar wali Al-Ilmi. Dalam dakwahnya beliau menggunakan metode yang digunakan sunan kalijaga.
kami bukan hanya untuk berziarah melainkan juga untuk bersilaturahmi kepada para ulama di tanah kudus ini, yang telah mengembangkan islam dan berdoa untuk kelulusan kami nanti dan dimudahkan segala urusan tugas akhir. Aamiin.
Usai berziarah kami sempatkan untuk menjejaki aset peninggalan dari sunan kudus ini yakni masjid dan menara kudus. Nama kudus diambil dari tempat beliau menimba ilmu yaitu Al-Quds. Salah satu batu yang digunakan untuk membangun masjid tersebut merupakan batu yang dibawa oleh Sunan Kudus dari Yerusalem, Palestina. Karena hal itulah Kota kudus ini selain dijuluki kota santri, juga dijuluki sebagai jerussalam van java.

 
2.      Makam Sunan Kalijaga

Sebelum kami hendak berangkat menuju kota Demak untuk mengunjungi Masjid Agung Demak, kami bertemu dengan salah satu warga untuk menanyakan angkutan apa yang bisa kami taiki untuk sampai kesana dan sempat menceritakan tujuan kami. Beliau malah menyarankan kami untuk singgah dulu ke makam sunan kalijaga, katanya tak jauh dari masjid agung demak, dan beliau menyarankan untuk menaiki bis jurusan kudus-demak turun di pertigaan kadilangu lalu tinggal jalan kaki. Baiklah setelah itu kami segera berangkat menuju terminal kudus lalu menaiki bis yang disarankan bapak tadi. Setelah beberapa jam diperjalanan dengan kemacetan yang menghadang sampailah kami di pertigaan kadilangu (yang diberitahu keneknya), nah disini kami ditawari untuk menaiki becak namun kami tolak karena bapak di kudus tadi bilang tidak jauh, jalan kaki saja. Ternyata sejauh 1 km kami berjalan belum jua sampai ke makam tersebut. Setelah berjalan 200 meter lagi barulah kami sampai di gerbang makam sunan kalijaga. Saat 5 tahun yang lalu datang kesini dalam tour 9 wali songo sangat ramai, namun hari saat ini amat sepi. Bagi kami ini amat Alhamdulillah kaena tidak harus mengantri dan pusing dengan kerumunan banyak orang.
Sunan kali jaga dengan nama asli Raden Said ini adalah anak dari bupati Tuban kala itu yakni Arya Wilantika. Beliau berguru ilmu agama di tempat Sunan Bonang. Disanalah beliau mendapatkan ide dakwah melalui gamelan dan wayang yang disisipkan nilai-nilai islam. Peninggalan beliau yakni
Seperti halnya di makam sunan kudus, kami berniat bersilaturahmi kepada para ulama di makam sunan kali jaga ini dan berdoa kepada illahi Rabby untuk kelulusan kami nanti dan dimudahkan segala urusan tugas akhir. Aamiin.
Jam sudah menunjukkan jam 3 sore, kami segera beranjak mencari transportasi yang akan mengantarkan kami ke Masjid Agung Demak. 

3.      Masjid Agung Demak

Hanya 10 menit kami sudah tiba di masjid Agung Demak. Suasananya adem, kami sempatkan untuk melaksanakan sholat ashar di masjid tertua di Indonesia ini kemudian berziarah ke makam raja-raja demak yang berada di samping masjid. Salah satunya makam raden fatah. Beliau adalah raja pertama di kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi.  
Masjid ini didirikan oleh Raden fatah bersama 9 wali yang biasa disebut walisongo dengan aristekturnya bergaya ala nusantara. Selain masjid dan makan raja-raja demak, disini juga terdapat aset sejarah dan peninggalan para walisongo yang berada di museum Demak, lokasinya tepat disebelah Masjid. Selain dapat berziarah dan melaksanakan ibadah pengunjung juga bisa menambah wawasan sejarah di tempat ini mengenai penyebaran islam di provinsi Jawa. Dulu masjid ini menjadi tempat berkumpulnya para walisongo untuk berdiskusi. Di pelataran masjid tepat di belakang landmark Masjid Agung Demak terdapat tempat wudhu bersejarah.
Masjid yang berada di pusat kota demak ini menghadap alun-alun Demak. Pengunjung bisa menghabiskan waktu di masjid agung demak dan alun-alun kota Demak.  Kamipun menghabiskan sore dengan berfoto di pelataran masjid dan alun-alun kota Demak. Katanya kalo malam alun-alun kota Demak ini lebih indah. Tampak burung-burung yang bertebaran di pelataran masjid melukiskan keindahan masjid Agung Demak.

 


Hari semakin sore kami beranjak menuju terminal Terboyo untuk mencari trans semarang. Tujuan kami selanjutnya adalah UNDIP. Kami ke UNDIP bukan untuk sosialisasi atau survey universitas tapi untuk mendapatkan penginapan gratis. Hehe biasalah backpacker. Setelah malam tadi kami sibuk mencari tempat menginap sekitar stasiun semarang poncol yang tidak jua mendapatkan hasil akhirnya Allah memberikan jalan pada kami, Sepupu ka Eem yang sedang kuliah di UNDIP  bisa dihubungi lewat media sosial facebook, ia dapat membantu kami untuk mencarikan tempat menginap. Berhubung sepupu ka Eem itu laki-laki jadilah kami menginap di asrama teman perempuannya. Ia mengarahkan kami untuk menaiki Trans semarang. 
Saat kami mencari trans semarang banyak para supir taksi menghadang dan memaksa kami untuk menggunakan taksinya namun kami menolak. Alhamdulillah Ka Eem bisa menghadapinya kalau tidak mungkin kami sudah dengan terpaksa menggunakan kendaraan tersebut. Saat kami menemukan trans semarang agak sedikit terburu-buru karena itu adalah bis terakhir. Trans semarang ini mirip busway atau trans jakarta, bedanya halte-halte trans semarang tidak seperti di jakarta yang berukuran besar, disini meski kecil tapi tetap disiplin dan rapi. Kami 2 kali transit (lupa transit dimananya) hingga sampai di halte UNDIP. Agak sedikit lama menunggu sepupu ka Eem datang.
Tak disangka ia membawa pasukan sekitar 4 motor untuk menjemput kami. Terharu rasanya. Sesampainya di asrama kami disambut hangat oleh para penghuni asrama yang mayoritas adalah mahasiswi UNDIP. Bahkan mereka menjamu kami dengan sangat baik, menyediakan cemilan dan kamar yang besar dan rapih untuk kami. Kami menghabiskan malam di asrama dengan berbagi pengalaman dan kisah dengan beberapa mahasiswi disana. Pokonya kemanapun kamu, kamu harus menebar kebaikan dan berusaha ramah kepada orang-orang disekelilingmu.
Menjelang keesokan paginya kami diantar ke halte untuk berangkat ke stasiun semarang poncol untuk kembali pulang ke Jakarta.

Komentar